140 Pabrik Asal Jabar Eksodus ke Jateng

Uben Yunara: 20 Ribu Buruh Pabrik Asal Kab. Bandung Terancam Jadi Pengangguran

foto

Saufat Endrawan

Ketua SPSI Kab. Bandung mengatakan 20.000 Burih Asal Kabupaten Bandung Terancam Kehilangan Pekerjaan Akibat Pabrik Eksodis dan Banyaknya Produk Cina Masuk Ke Indonesia

Opininews.com, Jakarta -- Puluhan ribu warga Jawa Barat termasuk dintarannya buruh asal Kabupaten Bandung akan menjadi penggangguran.

Hal ini karena para pengusaha ramai melakukan relokasi pabrik dari Jawa Barat ke Jawa Tengah.

Relokasi ini diprediksi akan terus berlanjut.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan, tahun 2019, pabrik yang direlokasi ke Jawa Tengah berjumlah 140 pabrik.

"Relokasi dari Jawa Barat ke Jateng tahun ini sedikitnya 140 pabrik. Pabrik tersebut nantinya tersebar di Tegal, Pekalongan, Sragen, Boyolali. Kebanyakan pabrik Tekstil," kata Ganjar, di Jakarta.

Alasan pengusaha pindah ke Jateng, analisa Ganjar, karena kesiapan tenaga kerja dalam menyambut relokasi pabrik sudah relatif baik di Jateng. Suasana Jawa Tengah yang kondusif baik dari segi keamanan dan politik dianggap menjadi daya tarik pengusaha berinvestasi dan merelokasi pabrik ke sana. Selain itu insentif seperti tax allowance juga cukup menjadi daya tarik Jawa Tengah.

"Jika demo buruh saja tenang, tidak merusak. Kemudian upah buruh kompetitif, lahan tersedia masih cukup banyak, regulasi kita awasi" kata Ganjar.

Ketua SPSI Kabupaten Bandung, Uben Yunara membenarkan banyak pemilik pabrik yang hengkang dari Kabupaten Bandung pada umumnya di Jabar ke Jateng. 

Uben menambahkan akibat parik  hengkag ke Jateng, menyebabkan sedikitnya pada tahun 2019 - 2020 sebanyak 20 ribu buruh terancam di PHK.

"Bisa di bayangkan jika 20 ribu buruh jadi pengangguran di Kabupaten Bandung apa yang akan terjadi. Ini baru jumlah pengangguran di sektor industri belum sektor lainnya ditambah dengan pengangguran yang sudah ada sejak lama," ungkap Uben.

Pengangguran bukan saja akibat pabrik eksodus, kata Uben. namun juga karena banyaknya pabrik gulung tikar, karena barang china banyak masuk ke Indonesia.

"Akibat barang china mulai dari produk tekstil, garmen, alat rumah tangga hingga elektronik masuk dengan harga murah, sehingga produk dalam negerin kalah bersaing. Akhirnya gulung tikar. Inilah yang harus dipikirkan oleh pemerintah pusat," tegas Uben

Editor: Saufat Endrawan

Bagikan melalui
Berita Lainnya
Bupati Desak Sekda Evaluasi Kinerja Sat Pol PP
Dadang Supriatna dan Tito Karnavian Kini Berseragam Militer
Dadang Supriatna: Perhutani dan BUMN Belum Berkontribusi Bagi Pembangunan di Kab. Bandung
Ketegasan Dadang Supriatna Beri Motivasi Kerja Bapenda Kab. Bandung
Faisal Radi: LPG 3 Kg Langka, Komisi B Akan Undang OPD terkait dan Hiswana Migas