OPININEWS.COM,TURKI – Musim dingin ganas, akan segera mendekap erat Bumi Syam. Sejak Oktober, penduduk Suriah harus bertahan dari suhu dingin yang mencekam di balik helaian terpal pengungsian. Seperti menunggu datangnya butiran salju, hujan yang terus menerus turun di sana pun menambah derita para pengungsi yang berada di kamp-kamp pengungsian bertenda. Air hujang menembus tenda-tenda tempat mereka mukim. Menggenangi bagian dalam tenda yang beralaskan tikar.
Jika matahari muncul, mereka terpaksa harus mengeluarkan kasur-kasur donasi itu untuk dikeringkan oleh panas mentari yang hanya muncul malu-malu setiap hari. Tak ada yang luput dari limpasan air hujan. Bagian dalam tenda-tenda mukim, sekolah darurat sampai jalan-jalan di sekitar kamp pun becek. Sebentar lagi becek akan berganti dengan putihnya salju. Merespon kondisi saudara-saudara Suriah yang berada di kamp-kamp pengungsian, Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali mengirimkan Tim Symphaty of Solidarity (SOS) for Syria X, pada pertengahan pekan lalu (Rabu,2/11) menuju wilayah perbatasan Turki dan Suriah dimana banyak berserak kamp pengungsian warga Suriah.
Misinya kali ini, membantu warga pengungsi siap menghadapi musim dingin. Implementasi program Sedekah Pangan dan bantuan alat bantu bertahan hidup menghadapi musim dingin, telah siap dikerjakan. “Sekarang di sini (perbatasan), suhunya bisa 4 derajat celcius. Lumayan dingin. Belum terbayang kalau salju sudah benar-benar turun nanti,” ujar Shulhan Sayamsur Rijal, anggota Tim SOS X Suriah, mengabarkan dari wilayah perbatasan.
Hidup di bawah tekanan dan serba keterbatasan tentu telah menyiksa jutaan saudara kita di Suriah. Kini, kepedihan itu semakin terasa ketika musim dingin tiba dan menambah getirnya hidup di tengah ketidakberdayaan. Tahun lalu saja, salju setinggi 50 cm mampu menyelimuti atap bangunan serta tenda-tenda pengungsian di Suriah maupun wilayah Turki. Dalam kondisi lemah, penduduk Suriah harus bertahan dari dinginnya udara yang menusuk tulang. Belum lagi kondisi ekonomi yang memprihatinkan hingga mereka kesulitan membeli makanan. Suhu dingin diperkirakan memuncak sepanjang hingga Januari.
“Musim dingin sudah mulai mendekati Bumi Syam. Cuaca tidak menentu dan suhu yang mencapai -9oC. Kebutuhan pangan menjadi fokus utama ACT untuk segera terjun langsung memberikan bantuan pangan ke pengungsi Suriah di kamp-kamp pengungsian, termasuk bantuan kebutuhan lain untuk saudara-saudara Suriah kita,” jelas Rudi Purnomo, kawan seperjalanan Rijal dalam Tm SOS X Suriah, langsung dari Turki.
Melalui Tim SOS Syria X, setidaknya ribuan paket pangan dari program Sedekah Pangan akan didistrubusikan bagi warga Suriah yang mengalami kesulitan pangan di musim dingin. Dengan bantuan pangan ini, diharapkan jutaan pengungsi Suriah bisa menghadapi musim dingin dengan kondisi tubuh lebih sehat dan bugar. “Semoga bantuan sedekah pangan ini bisa membuat mereka tersenyum dan mampu melalui musim dingin lebih siap.,” tambah Rudi, yang menyampaikan jika rencana distribusi Sedekah Pangan untuk pengungsi Suriah akan menyasar kamp-kamp pengungsi yang ada di Kota Reyhanli, Antakya dan Mersin.
menambahkan bantuan Sedekah Pangan merupakan bantuan dasar yang amat terbatas di wilayah pengungsian, seperti yang dialami pengungsi Suriah. “Membantu kebutuhan dasar rasanya tidak memberatkan. Ini sekaligs ukuran posisi kita di tengah umat manusia. Mari kita tempatkan diri kita di posisi yang baik di antara manusia. Jika sudah mudah tersentuh berbagi kebutuhan dasar seperti pangan, maka jenis bantuan lainnya akan mudah pula. Sebagaimana Allah SWT akan menghindarkan kita dari kesulitan hidup seperti para pengungsi Suriah ini,” tambah Iqbal.
Untuk wilayah domestik (nasional) program Sedekah Pangan merupakan solusi dari masalah kesulitan pangan dan kemiskinan berupa pendistribusian bahan pangan bagi para benefeciaries, pemberian paket pangan bagi keluarga prasejahtera serta perbaikan gizi melalui kegiatan Bengkel Gizi Terpadu di Indonesia. Dalam jangka panjang, Sedekah Pangan diharapkan dapat membangun ketahanan pangan lewat Lumbung Pangan Masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang mandiri dan memiliki ketahanan pangan.( Dida K. Hestya )