Puluhan Ribu Siswa Peserta Pawai Obor Bandung Lautan Api banyak yang Kehausan dan Lapar

foto

OPININEWS.COM / BANDUNG - Puluhan ribu pelajar mulai tingkat SLTP hingga SMA dan masyarakat umum antusias mengikuti pawai obor, dalam rangka memperingati peristiwa bersejarah Bandung Lautan Api (BLA), Kamis (23/3/ 2017) malam. Puluhan ribu peserta pawai obor, start mulai dari lapangan Tegallega, serta melintasi beberapa titik wilayah diantarannya sepanjang jalan Dewi Sartika, hingga membuat kemacetan kendaraan cukup panjang. Di wilayah Alun-Alun Kota Bandung, para peserta memperagakan berbagai atraksi serta yel-yel BLA serta yel-yel khas sekolah mereka masing-masing, sambil menggunakan berbagai pakaian adat, pakaian perjuangan serta ada yang menggunakan seragam sekolah dan pramuka, juga membawa alat marching band dan alat kesenian tradisional seperti calungg, kendang dan terompet. Rute yang dilalui peserta pawai obor, mulai dari Jalan Mochamad Toha, depan ITC Kebon Kalapa, Dewi Sartika, Alun-alun, Asia Afrika, Banceuy, ABC, Braga, Suniaraja, Perintis Kemerdekaan, Wastukancana, dan finish di Balai Kota Bandung. dan hingga pukul 23.00 WIB, kemacaten akibat kegiatan tersebut parah di sekitar jalan Merdeka dan Ir. H. Juanda (Dago). Akibat banyaknya peserta, panjangnya konvoi peserta pawai obor BLA hingga mencapai ribuan meter. Dan dapat dibayangkan. berapa ribu batang bambu, yang dibutuhkan untuk buat obor, serta berapa ratus liter minyak tanah yang digunakan. Sebenarnya, banyak para siswa peserta pawai obor BLA yang terpaksa mengikutinya, karena harus keluar rumah sejak sore hingga pulang tengah malam. Mereka mengaku, terpaksa ikut karena sudah ditunjuk oleh guru. Dan harus menggeluarkan biaya untuk kegiatan ini. "Kami haus, dan lapar ikuti kegiatan ini. Sementara tidak dapat konsumsi, mau beli tidak punya uang. Yah terpaksa menahan lapar dan haus. Jika ada temen yang bawa air dan makanan baru kami meminta," kata Yohana seorang siswa, peserta pawai obor, kepada opininews.com, Kamis (23/3/2017) malam. Tidak hanya itu, kata Yohana, bingung untuk pulang malam. "Rumah saya di Bandung timur, kegiatan di Kota Bandung. Yah terpaksa harus numpang tidur di rumah teman,: jelasa dia. Sebenarnya, kata Yohana, orang tuanya melarang, karena tak pantas anak perempuan masih SMP harus keluar malam dijalanan. "Karena takut sama guru, yah terpaksa melawan kepada orang tua," jelas dia. ( Barra Sulthan E )

Editor: Administrator

Bagikan melalui
Berita Lainnya