Kasus Teddy Memperpanjang Daftar Keterlibatan Oknum Polisi Soal Narkoba
"Polisi dan Narkoba", "Narkoba dan Polisi"

Saufat Endrawan
Imam Wahyudi - Ketua Komunitas Wartawan Senior (KWS) Jawa Barat
Oleh: Imam Wahyudi
Opininews.com -- Kapolda Sumbar, Irjen Pol. Teddy Minahasa bikin gempar. Bukan kali pertama. Seolah ingin menyusul Ferdy Sambo, sejawatnya. Sama, level perwira tinggi sama pula pangkatnya. Jabatan yang beda.
Teddy adalah kapolda, Ferdy dalam posisi Kadiv Propam Polri. Ferdy mencetak berita Peristiwa Duren Tiga, Teddy terjerat kasus narkoba.
Ferdy sudah melepas uniform polisi, Teddy mungkin saja menyusul -- copot identitas polisi.
Mestinya "sesama polisi dilarang mendahului". Tapi sudah terlanjur terjadi.
Kembali menukik tingkat kepercayaan publik terhadap polri. Ferdy mencetak rekor berita bab polisi. Teddy nyaris tak terprediksi.
Dia sudah diplot jadi Kapolda Jatim, menggantikan Irjen Pol Nico, menyusul jatuh korban 132 orang Tragedi Kanjuruhan.
Di transisi mutasi jabatan itu, Teddy pun jadi obyek berita. Tak terduga, ternyata soal narkoba. Berita gagal makna. Berapa tidak, Teddy yang Kapolda Sumbar pernah melabrak peredaran narkoba.
Seberat 41,4 kg di seputar Bukittinggi. Alih-alih pertahankan prestasi, dia malah bak bunuh diri.
Reputasi secepat itu runtuh. Hanya dalam spasi lima bulan, dari aksi Bukittinggi pada awal Mei 2022.
Apa yang kau cari, Teddy? Kapolri pun membatalkan mutasi Teddy sebagai Kapolda Jatim. Bahkan sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Diduga menghilangkan dan "menjual" barang bukti seberat 5 kg narkoba jenis sabu.
Kasus Teddy memperpanjang daftar keterlibatan oknum polisi soal narkoba. Berhasil menangkap sindikat dengan barbuk 41,4 kg, terbilang jempolan. Tapi ketika, barbuk itu diperdagangkan sungguh-sungguh gagal akal sehat. Bila terbukti, hampir pasti ancaman hukuman mati.
Kasus narkoba yang menyeret Irjen Teddy, dimungkinkan semasa menjabat Kapolda Sumbar itu.
Polisinya polisi menangkap polisi. Untuk satu ini, bolehlah diacungi dua jempol. Polisi tak pandang bulu. Itu bagian penting komitmen Kapolri dalam pemberantasan tindak pidana judi online, dan narkoba.
Prestasi Polri, yang dalam waktu bersamaan juga memprihatinkan. Ya, lantaran pelakunya adalah anggota polisi sendiri.
Memprihatinkan, justru memaksa keterlibatan institusi polri. Bertubi-tubi dan lagi-lagi, terjadi dalam tiga bulan terakhir.
Ada apa (sesungguhnya) dengan institusi polri?! Polisi menangkap polisi, di satu sisi tentu bagian dari prestasi Polri. Menumpas kejahatan judi online dan sindikat narkoba.
Polisi tak peduli si pelaku juga polisi. Tanpa kecuali. Sebaliknya, apa jadinya ketika polisi ditangkap polisi pasti, bukan sekadar berita. Di sisi inilah, substansinya.
Belum rampung dan tuntas, perkara yang melibatkan polisi sebelum ini. Polisi menembak polisi. Melibatkan "aktor utama" Ferdy Sambo.
Polisi menembak polisi, bertajuk Peristiwa Duren Tiga, 08 Juli 2022. Masih berproses menuju pengadilan. Jelang dua bulan berikutnya, pecah Tragedi Kanjuruhan pada 01 Oktober 2022.
Kali ini, polisi dinilai bertanggungjawab dalam peran sistem pengamanan. Kapolda Jatim, Irjen Pol. Nico Afinta pun dicopot dari jabatannya.
Di spasi transisi jabatan Kapolda Jatim itulah, tragedi polisi kembali terjadi.
Baru dua pekan berselang Tragedi Kanjuruhan. Kapolda Sumbar, Irjen Pol. Teddy Minahasa dicokok polisinya polisi.
Bisa jadi suatu kebetulan, bisa juga tidak. Antarkeduanya bersinggungan peristiwa dan waktu.
Nico ditarik ke Mabes Polri. Penggantinya, itu tadi Teddy, tertanggal 10 Oktober 2022. Dia pun sudah siap "to say goodbye" dari pos Polda Sumbar.
Latar berita "kebetulan" antara Nico dan Teddy. Nico baru sehari dinyatakan Kapolri sebagai tidak terlibat dalam Kasus Sambo.
Dia selaku Kapolda Jatim yang sebelumnya diduga terkait Perkara Duren Tiga bersama dua kapolda lain.
Selang sehari pernyataan Kapolri (Jumat, 30 September 2022), terjadi Tragedi Kanjuruhan di Malang, Sabtu, 01 Oktober 2022.
Dalam hal, Irjen Teddy yang baru mau menuju pos Kapolda Jatim, menggantikan Nico, sudah lebih dulu dicokok Propam Polri.
Alih-alih memberantas penyalahgunaan barang haram itu, justru polisi jadi pelakunya. Lazimnya, polisi merangsek dan menangkap pelaku tindak pidana. Utamanya kejahatan judi online dan narkoba.
Dalam banyak hal, ya biasa saja. Memang, itu tupoksinya. Pada skala besar dan meliputi jaringan luas, baru dinilai jempolan.
Baru unjuk berita. Media publik pun berlomba menjadikan berita itu sebagai head line. Berita utama yang siap dibaca. Pemahaman publik tentang polisi, ya serupa itu.
Tak terbayangkan, bila kemudian justru oknum polisi yang jadi bagian dari tindak pidana itu. Berita terkait polisi, kadung bersahutan. Melahap ruang publik yang tengah dahaga akan prestasi polri. Slogan "Presisi", nyata terdistorsi. Momentum mereformasi institusi Polri..!!.
( Iman Wahyudi - Ketua Komunitas Wartawan Senior Jawa Barat )
Editor: Saufat Endrawan